Senin, 01 Agustus 2011

Hongkong


Kota Hongkong
Siapa yang tidak kenal dengan kota Hongkong, daerah ini merupakan bagian negeri China yang telah bergabung kembali setelah disewa oleh Bangsa Inggris. Kota ini seperti yang terlihat digambar, sangatlah steril. jalan-jalannya sebagai urat nadi perekonomian terlihat bersih. dapat dilihat digambar bahwa pemanfaatan ruang dibawah jembatan sebagai pintu gerbang ke perpustakaan kota Hongkong diperbolehkan. bahkan dibgian yang tidak terlihat digambar, masih dibawah jembatan ini, terdapat bangunan  kantor veteran Hongkong dan tempat parkir kendaraan besar. Mungkin hal ini agar ruang dibawah jembatan layang ini agar terawat dan tidak dimanfaatkan untuk hal-hal yang merusak keindahan kota. Masih dari foto disamping, dapat kita lihat jalan-jalannya terlihat bersih dan terawat walaupun tidak terlalu besar. Got-got ditempatkan dibawah jalan dengan penempatan grill got yang cukup rapi apabila dilewati oleh kendaraan, tidak terlalu menghasilkan suara yang keras dan kendaraanpun tidak akan terasa melewati sesuatu yang cukup mengganggu. Bahkan kita sendiri dapat mengamati tidak adanya kalaupun tidak dikatakan sedikit adanya unsur alam seperti pohon, tanah, rumput, tidak seperti di negeri kita yang kaya dengan unsur alam bahkan ruang kota mengakomodasi unsur tersebut namun pengolahannya belum maksimal. bila dapat menggabungkan unsur alami dan buatan dalam ruang kota, kota akan terasa nyaman, asri, hijau, namun rapi dan bersih.


Salah satu jalan kecil kota Hongkong diwaktu malam hari tidak terlihat  ramai, bahkan hotelpun terletak di di dalam jalan kecil ini. mobil-mobil diparkir dengan rapi. Warga kota Hongkong dilarang membawa kendaraan pribadi selain hari libur (sabtu dan minggu). Jadi warga Hongkong menggunakan publik transportation di hari kerja. Bangunan-bangunan yang ada terlihat rapat tanpa GSB langsung berhadapan dengan jalan dan tanpa adanya pagar. namun seperti yang terlihat dengan jelas keadaan sepi tapi aman tidak terlihat satpam ataupun petugas keamanan lainnya. Walaupun jalan ini kecil tapi terlihat rapi dan bersih. Kerapatan bangunan terlihat diseluruh penjuru kota ini dengan ketinggian di atas 8 lantai. ini mugkin salah satu kebijakan yang diambil untuk mengurangi penggunaan lahan secara intensif sebagai perumahan dan pemanfaatan lainnya. Sebagian besar warga memang diarahkan untuk menempati tempat tinggal di rusun. Ukuran kekayaan seseorang di Hongkong di takar dari tempat tinggalnya, bila tinggal di landed housing dapat dikatakan sebagai orang kaya. properties lainnya bukan ukuran seperti mobil, dijalan-jalan Hongkong memang banyak terlihat mobil mewah seperti Jaguar namun bila tinggal dirusun tetap dikategorikan bukan orang kaya. Tanah sangat mahal harganya sehingga hanya segelintir orang yang dapat menikmatinya tentunya dengan memiliki landed housing mereka juga menikmati kesegaran udara, pemandangan yang tidak terbatas (seperti saudara-saudara mereka yang dirusun dengan tidak adanya pemandangan karena kerapatan antar bangunan), mendapatkan cahaya, akses langsung ke jalan.

 
Warga Hongkong sangat menghargai ruang-ruang publik yang disediakan oleh pemerintah mereka sebagai fasilitas umum yang tidak dapat mereka peroleh di rusun mereka. Ruang-ruang publik ini demikian bersih dapat dipakai oleh semua kalangan baik yang tua maupun anak-anak. Ruang Terbuka Hijau digambar ini terletak di belakang koridor jalan namun fungsinya dapat tercapai karena mereka memahami betapa ruang publik sebagai ruang bersama harus dijaga dan dirawat dengan sebaik-baiknya. Hongkong sendiri daerahnya sebagian besar bukit-bukit. sebagai langkah perlindungan terhadap alam mereka mengalokasikan sebagaian besar untuk ruang terbuka hijau dan sebagian kecil ruang terbangun yang dimaksimalkan seperti yang telah kita lihat digambar sebelumnya.Kegunaan lain dari ruang terbuka hijau bukit adalah sebagai konservasi air tanah. bahkan air yang dipakai oleh warga sebagian diperoleh dari menampung air yang mengalir dari bukit ke saluran-saluran untuk diolah sebagai cadangan air bersih.

Di kota Hongkong, juga terdapat gubuk liar namun jumlahnya tidak banyak sebagai contoh di samping, digang kecil antar bangunan yang tidak lebih dari tiga meter terdapat bangunan non permanen yang tidak besar namun berusaha untuk tidak merusak pemandangan dengan kehadirannya mereka tetap menata rapi bahkan tidak terlihat ada aktifitas cukup mengganggu bahkan got-gotnya tidak kotor walaupun difloor semuanya. masih banyak lagi contoh lain yang seperti ini di hongkong namun sepertinya mereka tetap mengindahkan kaidah kebersihan, etika, dan kenyamanan. Mungkin hal ini tidak terlepas dari status kota hongkong yang merupakan salah satu kota wisata selain kota perdagangan. Itulah upaya yang mereka lakukan agar tetap bertahan hidup dengan menata sebaik-baiknya sumber daya yang ereka miliki. bahkan dalam kekuranganpun mereka tetap mendapatkan keuntungan demi kelangsungan hajat hidup mereka. Bagaimana dengan Jakarta yang secara alamiah memiliki kekayaan air, tanah, udara, dan juga kekayaan sebagai kota jasa terbesar di Indonesia. Apakah Jakarta dapat meniru Hongkong yang kekurangan namun dapat eksis di Dunia?